• Home
    • About Me
    • Indonesia
    • Asia
      • Dubai
      • HongKong
      • Japan
      • Macau
      • Malaysia
      • Singapore
      • Thailand
      • Vietnam
    • AUS NZ
      • Australia
      • New Zealand
    • Portfolio

Geret Koper

Ringan geret koper, Berat kasih porter

Kali ini saya mau membahas 4 teknologi seru yang ada di Sydney (khususnya, tapi di state lain juga ada sih sebenernya) yang mungkin sampai hari ini belum pernah saya temukan di Jakarta. Sebagai info, saya membahas ini bukan bermaksud membanding-bandingkan kota tempat saya dibesarkan dengan tempat saya tinggal saat ini, tapi justru jika di Jakarta ada teknologi seperti ini rasanya akan lebih mengasyikan lagi :)

1. Nabung Uang Koin di Bank

Kalo nabung koin di celengan babi atau ayam di rumah sih udah jadi kebiasaan dari kecil, nyokap selalu mengajarkan untuk nabung sekecil apapun (lalu nabungnya 100 rupiahan aja, 1000an-nya buat jajan aja #eh). Lucunya, celengan recehan punya nyokap ujung-ujungnya lebih sering diberikan ke kotak amal ketimbang dimasukin ke bank. Kenapa? karena pasti susahkan tellernya ngitung recehan yang buluk-buluk apalagi kalo nasabahnya lagi ramai, yang ada malah kena omel orang banyak. Mau dibelanjaain juga rasanya sungkan. *ke Indoma**t belanja 35ribu bayar pake recehan 200 perakan juga kayaknya sama aja nyari berantem ke kasir*

Nah di Sydney khususnya dan Australia pada umumnya, di salah satu bank (saya punyanya rekening di Bank ini, di Bank lain jadi ga tau pengalamannya gimana) ada mesin atm untuk menyetor uang. Isshh kalo mesin penyetor uang aja sih di Jakarta juga udah ada yaaah, tapi mesin yang ini mesin untuk menyetorkan uang recehan alias koin, bahagia banget kan nabung recehan di sini bisa langsung dimasukin ke rekening tabungan tanpa harus cape-cape itung hasil celengan di rumah. 


ini bentuk mesin ATM yang bisa nabungin uang receh, masukin uang recehnya di sebelah kiri

Maks 2kg, kalo lebih nanti bisa nunggu mesinnya selesai menghitung dulu baru dimasukin lagi sisa recehnya

Ada 2 mesin sepengetahuan saya, yang pertama mesin yang hanya mengitung koin setelah selesai kita akan diberikan struk jumlah uang receh yang kita setor kemudian ke teller bank untuk diproses masuk ke rekening tabungan atau mau ditukar dengan uang kertas, sedangkan yang kedua berbentuk ATM biasa dimana kita harus memasukan kartu ATM terlebih dahulu dan memilih pilihan setor tunai. Nanti mesin penghitung uang yang ada di sebelah kiri ATM akan terbuka dan kita tinggal memasukan celengan receh kita. Ihhh asyikk yahh, mau dong yang kayakk gini di Jakarta.

2. Pesan McD di mesin Self Service

Teknologi yang ini juga termasuk yang paling sering saya gunakan, hahahahha. Kalo sudah melihat antrian di depan kasir cukup mengular, biasanya saya mencari mesin self service dan langsung memesan dari mesin dengan layar sentuh tersebut. Pilihan menu komplit dan pesanan tetap dapat disesuaikan dengan keinginan, misalnya tanpa acar, tanpa sayur, tanpa tomat atau tanpa beef patty *trus lo makan roti doaaang?*. Cuma tinggal pencet-pencet, lalu ditutup dengan pembayaran bisa dengan kartu bisa juga dengan cash, tapi pembayaran dengan cash agaknya kurang membantu karena ujung-ujungnya kita musti menyetorkan uang juga ke kasir.




Ayo dipilih mau menu yang mana

Jika pembayaran sudah dilakukan, mesinnya akan mengeluarkan struk seperti ini dengan nomor pemesanan, tinggal tunggu nomor kita disebutkan oleh staff Mcd aja deh

3. Bayar Belanjaan Self Service di Supermarket

Mesin Self service yang satu ini juga ga kalah kece dan hampir pasti saya gunakan jika ke supermarket. Supermarket seperti Woolworths, Coles dan Kmart di Sydney sudah banyak yang dilengkapi mesin ini, jadi apabila kita belanja tidka terlalu banyak, saran saya sih lebih baik menggunakan mesin ini karna jadi lebih mudah dan cepat. Barang-barang yang kita beli akan kita scan sendiri barcodenya di mesin barcode dan kemudian dimasukan ke kantong belanjaan yang disediakan untuk ditimbang barang belanjaannya. Proses ini diwajibkan untuk menecek kesesuaian detail barang dengan berat barang, jadi jika kita mau curang mesinnya sudah bisa membaca sendiri. Misalnya kamu cuma scan coklat Cad*ury satu padahal kamu ambil dua, nanti akan terdeteksi dari berat barang yang berbeda dari detail barang yang discan.

4.  Self Service Ngeprint di Officeworks

Ini adalah ilmu paling pertama yang saya pelajari di dunia self-service di Sydney. Kebetulan saat baru tiba di Sydney, saya harus mencari tempat untuk print CV dan beberapa teman menganjurkan untuk ke Officeworks. Jadi toko ini adalah toko yang menjual alat tulis dan peralatan kantor atau istilahnya ATK. Namun selain penjualan barang-barang tersebut, ternyata officeworks juga mempunyai jasa scan, print dan copy dokumen. Sebenarnya ada dua area untuk cetak dokumen, yang satu ada petugasnya seperti tukang fotokopian pada umumnya dan ada juga area untuk pelanggan supaya dapat mencetak dokumen sendiri.

Jika dokumen yang akan kamu print adanya di email, saran saya gunakan jasa self service, karena kita hanya cukup mengirimkan email dokumen tersebut ke alamat yang tertera di konter print, kemudian tunggu hingga ada balasan email yang berisi nomor kode untuk dokumen yang kamu kirim. Setelah mendapatkan kode tersebut, kita tinggal mencari mesin printer atau copy-an yang kosong dan masukkan kode yang tadi kita dapat via email. Voilaa, dokumennya sudah siap dicetak deh, tinggal diatur untuk pemilihan warna, ukuran kertas dan banyaknya jumlah cetak. Setelah selesai, mesin akan mencetak invoice harga yang harus kita bayar di kasir. Di Jakarta juga ada sih ngeprint self service, bedanya kita harus buka dulu email kita di komputer yang disediakan lalu menyimpan dokumen yang ada di email ke komputer baru deh diprint.

Dari keempat teknologi di atas, yang mana yang jadi favorit kamu? kalo aku sih tetep mesin buat nyetor uang receh hahahahaha



*untuk nomor 3&4 video sama fotonya nyusul yaah :3
Share
Tweet
Pin
Share
25 comments

Melanjutkan pembahasan sebelumnya di bagian 1, apabila kamu sudah mengikuti wawancara dengan imigrasi hal berikutnya yang dapat kamu lakukan adalah menunggu surat rekomendasi dari imigrasi mampir ke email kamu. Untuk waktu tunggu surat ini juga macam-macam, saya sendiri mendapatkan surat sakti ini persis 2 minggu setelah jadwal wawancara, namun ada juga teman yang mendapatkannya 2 bulan setelah wawancara.



Jika sudah mendapatkan surat rekomendasi dari imigrasi, all you have to do is apply for the visa. Mengajukan Work and Holiday Visa ini dapat dilakukan di kantor VFS di Kuningan city, Jakarta. Masa berlaku surat rekomendasi imigrasi yang kamu dapatkan adalah 30 hari, jadi sebelum masa berlaku habis kamu sebaiknya sudah mengajukan visanya. Persyaratan pengajuan visanya sebagai berikut:

1. Mengisi form 1208
2. KTP dan fotokopinya
3. Akte lahir dan fotokopinya
4. Kartu keluarga dan fotokopinya
5. Passport dan fotokopinya (halaman data diri serta semua yang ada cap visa)
6. Ijazah perguruan tinggi minimal Diploma III, atau surat keterangan sebagai mahasiswa aktif dan kartu mahasiswa dari perguruan tinggi yang bersangkutan dan fotokopi
7. Sertifikat IELTS minimal 4,5 atau Ijazah jika kamu lulusan perguruan tinggi di luar negri dan fotokopinya
8. Surat keterangan kepemilikan dana minimal AUD 5,000 atau setara
9. Surat rekomendasi dari pemerintah Indonesia (surat rekomendasi imigrasi)
10.  Pas foto ukuran 45 mm x 55 mm 2 lembar, waktu itu saya menggunakan latar belakang putih

Biaya yang dibutuhkan untuk pengajuan visa ini bisa diliat di sini, karena biasanya setiap tahun selalu ada penyesuaian harga dan tambah processing fee VFS sekitar 250ribu. Datang lebih awal yah ke VFS biar ngga usah pake antri jadinya ga nunggu lama deh :). Setelah selesai dicek semua kelengkapan dokumen oleh petugas VFS, nanti kita akan diberikan bukti pembayaran dan cara untuk mengecek status visa kita.

Setelah proses pengajuan visa, cek terus email yang kamu tulis di form 1208 untuk mendapatkan HAP ID alias nomor khusus untuk melakukan medical check up. Waktu itu saya check up di RS. Premier Bintaro, selain karena lokasi kantor yang selemparan bola bekel di sini juga katanya proses pengecekannya paling cepat karena ada dedicated doctor untuk proses ini. Waktu itu saya hanya melakuka xray check aja, namun saat ini selain xray check ada juga test urine dan general examination dengan dokter yang ditunjuk. Biaya xray saat itu sekita 450ribu dan tentunya akan lebih mahal untuk saat ini karena poin pemeriksaan yang ditambah.



Setelah melakukan cek kesehatan :) tinggal tunggu hasil dari Visanya (ini juga jangka tunggunya bermacam-maca) untuk case saya, hanya selang 1 hari dari medcheck bahkan ada juga yang disetujui di hari yang sama loh. Ketika visa disetujui, SIAPKAN MENTALMU untuk menjelajah Australia dan HAVE FUN :)


Alamat VFS:
Kuningan City 2nd floor No L2-19
Jala. Prof DR. Satrio Kav 18, Setiabudi

Alamat RS. Premier Bintaro:
Jl. MH Thamrin no 1 Bintaro Sektor 7


Share
Tweet
Pin
Share
10 comments

Akhirnya cerita juga tentang kegiatan yang saya lakukan di Australia saat ini. Sehari yang lalu saya persis sudah 8 minggu tinggal di Sydney, sebuah kota yang digadang-gadang sebagai salah satu kota termahal di dunia. Karena banyak yang heran tentang aktivitas saya, akhirnya saya membuat postingan ini. Saya saat ini berada di Australia selama setahun kedepan dengan menggunakan Work and Holiday Visa.

WHV Sydney - nobar NYE fireworks (eh ada student juga sih)

Apa itu Work and Holiday Visa?


Work and Holiday Visa adalah sebuah visa yang memungkinkan pemegangnya untuk bekerja dan berlibur di sebuah negara yang memberikan visa tersebut dalam jangka waktu tertentu. Bukan hanya Australia yang memiliki jenis visa seperti ini di dunia, ada banyak negara lain yang memiliki visa seperti ini namun hingga saat ini hanya Australia yang memperbolehkan warga Indonesia untuk mendapatkan jenis visa ini. (sebagai info, negara seperti Jepang, New Zealand, Jerman dan masih banyak lagi). Visa ini ditujukan agar si pemiliknya dapat tinggal di negara yang bersangkutan, bekerja secara legal, memperoleh wawasan budaya negara tersebut dan merasakan tinggal di negara tersebut seperti warga lokal.

Saya sendiri sudah menjadi anak gelombang ke 50 jika dilihat dari banyaknya jumlah kelompok interview yang dikeluarkan oleh imigrasi Indonesia. Awalnya visa ini hanya memiliki kuota 100 orang setiap tahunnya namun semenjak beberapa tahun lalu meningkat menjadi 1000 orang pertahunnya.

Sebagian kecil anak-anak WHV dan ex-WHV Sydney

Bagaimana mengajukan Work and Holiday Visa untuk warga negara Indonesia?


Pertama-tama saya jelaskan persyaratannya dulu yah, berikut ini adalah syarat umum untuk mengajukan Work and Holiday Visa. Sebagai informasi, visa ini hanya bisa diajukan dari Indonesia dan tidak bisa dari offshore (luar Indonesia).

1. Berusia 18 dan belum berusia 30 tahun saat akan mengajukan visa
2. Memiliki pendidikan terakhir setingkat perguruan tinggi, atau setidaknya sudah menjalankan 2 tahun masa belajar di perguruan tinggi (ini nanti bisa minta surat keterangan ke kampusnya)
3. Belum pernah mengikuti program work and holiday sebelumnya
4. Masa berlaku paspor sekurang-kurangnya 12 bulan
5. Memiliki tingkat kemahiran bahasa inggris, awalnya ada beberapa cara untuk membuktikan ini (misalnya TOEFL dan IELTS, bahkan untuk yang sekolahnya menggunakan bahasa inggris secara keseluruhan dapat melampirkan ijazah dan curriculum report saja, namun saat ini hanya IELTS dengan minimal skor 4,5)
6. Tidak disertai dengan anak-anak dibawah umur
7. Bukti keuangan yang menandakan memiliki cukup uang untuk tiket pulang pergi dan biaya hidup selama minimal 1 bulan di Australia, hingga saat ini kira-kira dana yang dibutuhkan AUD5,000
8. Memiliki surat rekomendasi dari pihak yang diberikan kewenangan di Indonesia

Jika kamu merasa memiliki semua syarat-syarat dari nomor 1 hingga 7 di atas yang harus kamu lakukan pertama kali adalah mendaftarkan nama kamu di website imigrasi Indonesia untuk mendapatkan surat rekomendasi yang dibutuhkan sebagai syarat utama dalam mengajukan visa ini.

Setelah kamu daftar di web tersebut, all you have to do just wait... wait.... and wait... sampai nama kamu ada di list daftar interview yang dikeluarkan imigrasi Indonesia. Dulu jadwal ini akan ter-update setiap hari jumat dengan jeda 2 minggu sekali, namun semenjak pertengahan 2015 hal ini jadi tidak menentu.

Jika kamu sudah melihat nama kamu dan tanggal wawancara kamu, berikut ini adalah dokumen yang harus kamu bawa saat wawancara

Dokumen-dokumen yang dibutuhkan saat wawancara dengan Imigrasi:
1. Form Identitas yang bisa didownload di websitenya
2. Kartu Tanda Penduduk
3. Akte Kelahiran
4. Paspor (dengan minimal masa berlaku 12 bulan)
5. Ijazah perguruan tinggi minimal Diploma III, atau surat keterangan sebagai mahasiswa aktif dan kartu mahasiswa dari perguruan tinggi yang bersangkutan
6. Sertifikat IELTS minimal 4,5
7. Surat keterangan kepemilikan dana minimal AUD 5,000 atau setara
8. Pas photo berwarna terbaru ukuran 4 x 6 dengan latar belakang putih

*semua berkas asli dan fotokopi dibawa saat wawancara*
*berkas fotokopi dimasukan ke dalam map biru*
*tidak ada biaya yang dipungut selama proses wawancara*
*lokasi wawancara juga bisa berbeda-beda, jadi sebaiknya dicek di jadwal wawancara yang ada di website*

dilanjut ke bagian 2 yah :)
Share
Tweet
Pin
Share
6 comments

Lain Parramatta, lain lagi Sydney. Jika di post sebelumnya saya membahas Arquitectura de Feria-nya Parramatta, kali ini saya bakalan ngebahas The Ephemeral City yang ada di Sydney CBD. Masih di rangkaian acara Sydney Festival dalam rangka menyambut Australia Day ke 40, berlokasi di Bangararoo ada satu lagi acara seru yang emang dirancang khusus buat keluarga (eh meskipun kita ga satu keluarga, tapi kita boleh dateng bareng kok *eh)

Mencapai Barangaroo Reserve dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari Circulay Quay atau naik bus 324/325. lokasi tempat bermain yang satu ini berada di dalam ruangan. Terdapat dua ruangan terpisah level 1 untuk bermain indoor flying fox dan level G (alias ground) untuk mengunjungi The Ephemeral City.

Apa sih The Ephemeral City?


Kalo definisi dari bahasa Inggrisnya, Ephemeral berarti sesuatu yang tidak kekal atau sesuatu yang berlangsung hanya sebentar. Nah lalu apa dong The Ephemeral City? yaa berarti kota ini dibuat hanya sebentar aja alias sementara, untuk selanjutnya pada tanggal 26 Januari akan dilakukan pemusnahannya. Di The Ephemeral City, rencananya akan dibangun 3 buah miniatur besar bangunan ternama di Sydney yang dibuat dari kardus. Stuktur ketiga bangunan tersebut hanya kardus berwarna cokelat tebal dan lakban cokelat. Ketiga bangunan yang akan dibuat replikanya adalah menara Sydney Central Station, Sydney Hanggar dan satu lagi lupa (nanti ditambahkan kalo udah inget yah).

Ayo bangun Sydney Central Station

Pengunjung yang datang ke tempat ini boleh menjadi sukarelawan untuk membangun bangunan tersebut, kami hanya datang menghampiri salah satu staff dan dengan ramah mereka membawa bongkahan kardus yang harus disusun sesuai pola kemudian direkatkan dengan lakban coklat. Untuk potong lakbannya gimana? tenang disediakan paku untuk memotong lakbannya dengan cara dicucukan. Konstruksi bangunan yang kami buat tidak ditambahkan dengan cara ditumpuk ke atas bangunan yang sudah didirikan sebelumnya, namun dengan ditambahkan dari bagian bawah.

ini cara mereka menggeser bangunannya

Awalnya sempat bertanya-tanya juga bagaimana mereka menyelipakan bagian-bagian ini, ternyata dengan bantuan pengunjung dan staff, bangunan yang sudah berdiri akan diangkat beramai-ramai dan menambahkan konstruksi yang dibutuhkan dibagian bawahnya, langkah selanjutnya? kembali merekatkan konstruksi bangunan baru ke bangunan lama dengan lakban.

Bukan cuma membangun menara, ada workshop lain juga di areal Box Wars dimana anak-anak bisa membangun apapun dari kardus yang diberikan dengan hanya bantuan lakban. Ada yang membuat rumah, topi, menara, well apapun.

aih dedek kamu centil bener deh

Haduhh kalo yang ini lebih norak lagi

Beberapa hasil karya di Box Wars yang akan ikutan dihancurkan juga pas tanggal 26 Januari

Keseruan di areal ini ga cukup sampe di situ aja, inget di level 1 ada indoor flying fox? nahhh flying fox ini bergerak mengelilingi ketiga bangunan dari kardus yang sebelumnya saya bahas. FOR YOUR INFO, flying fox ini tidak lurus seperti layaknya flying fox normal, tapi berkelok dan memutari areal The Ephemeral City, kereenn kan?

Twisted Flying Fox

Sesaat sebelum keluar dari tempat ini, saya bertemu seorang perempuan yang lagi sibuk membenahi barang-barangnya. Saat saya perhatikan lagi, ternyata beliau baru saja selsai menggambar salah satu bangunan yang sedang dibuat. Karena suka banget sama lukisan yang dia buat, saya sampai memberanikan diri untuk meminta foto dia dan lukisannya di depan bangunan yang dia lukis, wiihh kereeen ternyata banyak memang yang datang untuk melukis dan menggambar :) 

Thank you madame :)
Share
Tweet
Pin
Share
7 comments

Dalam rangka menyambut Australian Day yang ke 40, New South Wales khususnya Sydney menggelar banyak acara dan pertunjukan seru selama hampir satu bulan. Berawal dari tanggal 2 Januari hingga puncaknya di tanggal 26 Januari, warga lokal dan pendatang banyak disuguhkan acara-acara keren berbayar maupun gratis di Syndey Festival. Mulai dari bazaar, pertunjukan musik, pertunjukan drama, pertunjukan sulap, pameran bunga, taman bermain dan puncaknya adalah Ferry race + kembang api kece di Darling Harbour. 

Berhubung faktor U1 yaitu Uang, saya memilih mendatangi beberapa acara yang sifatnya gratis. Pertunjukan musik? issshh bukaannn yang mau saya bahas di artikel kali ini bukan pertunjukan musik. Berhubung faktor U2 yaitu Usia, sekarang suka jadi pusing sendiri kalo nonton konser (kecuali konser Jazz) hahahahahha. 

Hari Sabtu yang lalu, saya mampir ke sebuah suburb atau kota satelit yang letaknya kurang lebih 23 km dari pusat kota Sydney. Kota ini bernama Parramatta, yang berarti belut dalam bahasa Aborigin. Stasiun kereta di kota ini termasuk besar dan memiliki akses langsung ke Westfield. Westfield itu semacam franchise mall terbesar di Sydney, mungkin kalo di Jakarta semacam Lippo Mall. 

Mainan yang satu ini akan berputar kalo tuasnya dipompa kayak pompa air manual

Perayaan Sydney Festival di kota ini, berpusat di Prince Alfred Square, sebuah taman yang hampir berbentuk kotak sempurna yang terletak kurang lebih 5 menit dari stasiun kereta dan berada persis di sebelah Riverside Theater dan Saint Patrick's Cathedral. Dalam rangka Sydney Festival, di taman ini dibuat sebuah taman bermain yang diberi nama Arquitectura de Feria.

Mainan komidi putar yang ini juga bergerak kalo ada orang yang gowes sepeda

Itu mas-mas yang pake kacamata item adalah penjaga wahananya, kekerenan yess

Mini Cavallet

Arquitectura de Feria ini merupakan sebuah taman bermain bertema old-style Europian yang ternyata memang didesain oleh sebuah keluarga Eropa, Jorda Ferre dan Oscar de Paz. Uniknya semua permainan yang ada di taman bermain ini menggunakan barang-barang bekas dan digerakkan dengan kekuatan manusia, kalo di Indonesia sih bahasa kecenya odong-odong. 

Ini ayunan plus tempat santai buat para bapak dan ibuk

Yang boleh ikutan main di sini juga ada aturan tinggi dan berat badan (demi keselamatan), buat para orang tua juga amat sangat dianjurkan untuk ikutan datang karena selain ada pojok ayunan santai sambil mendengarkan musik untuk dewasa, kekuatan para orang dewasa ini dibutuhkan untuk menjadi sukarelawan dalam memutar tuas atau menaik-turunkan pengungkit agar mainan-mainannya dapat berfungsi.

cewe di sebelah kanan yang pake topi item musti pegel-pegel memutar tuas di siang hari bolong (gapapa lah yah sis, ngegym gratis)

Tingalya

Seru yah ideanya, boleh nih diadaptasi buat festival Jakarta tahun ini.

*lihat foto paling pertama, saking semangatnya saya tiba di lokasi acara 30 menit lebih awal, ohh sungguh anak Indonesia yang rajin* 
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments

Salah satu hal yang saya senangi dari Sydney adalah banyaknya tempat wisata seru yang lebih sering gratis ketimbang bayar. Misalnya saja puluhan pantai cantik yang bisa kamu datangi setiap harinya dengan cuma-cuma, well tentunya tetap bayar transportasi kereta atau bis untuk menuju ke sananya yah. Kemudahan mencapai tempat wisata juga menjadi salah satu hal yang menarik turis di kota ini, hampir sebagian besar tempat-tempat kece di sini dihubungkan dengan bis dan kereta. 



Sebagai anak yang besar di tengah kota, bahkan bisa dibilang jarang melihat pantai, laut, sungai bahkan pelabuhan, tinggal di Sydney menjadi kebahagiaan sendiri. Setiap hari dan setiap saat, saya bisa dengan mudah mampir ke pantai melihat laut atau bahkan hanya bermain pasir, mengunjungi pelabuhan ferry, menyusuri sungai dengan ferry hingga berfoto dengan kapal pesiar yang sedang bersandar atau sekedar bermain bersama burung-burung camar yang berkeliaran di dekat Ferry wharf.





Selalu ada "magic" yang terasa buat saya di daerah Circular Quay, selain pelabuhan ferry, Sydney Opera House dan Sydney Harbour Bridge yang dapat dilihat di daerah ini, setiap harinya pengunjung juga bisa menikmati bermacam aksi jalanan seperti musik tradisional suku aborigin, pemain musik, aksi akrobat hingga pelukis menunjukan kebolehannya di pinggir pelabuhan. Eits, bukan sembarangan artis jalanan, untuk menjalankan aksinya ini mereka harus sudah memiliki izin dari pemerintah setempat untuk "mengamen" dan mengikuti jadwal serta lamanya waktu mengamen sesuai izin tersebut.


Gloomy Afternoon

Tidak sedikit juga muda-mudi yang bergandengan tangan menyusuri tempat ini, hingga berpiknik di hamparan rumput hijau yang berada di areal Circular Quay, ga usah pake malu piknik di sini udah biasa banget kok. Mau gaya-gayaan menikmati minuman di Opera bar atau menyantap Fish & Chips di restoran setempat juga boleh kok.

Hello sunset hunter, Sydney ternyata tempat yang cukup baik buat anak senja terutama di musim panas, matahari baru meredup sekitar pukul 8 malam, jadi jika paginya masih sibuk kerja, masih banyak waktu untuk mecari tempat seru buat melihat matahari terbenam :)



Share
Tweet
Pin
Share
14 comments

Do you remember my post about miniland area in Legoland Johor Bahru where I can see some of beautiful Asia iconic landmarks in a form of Lego? I just visited another Lego exhibition here, in Sydney. As a newcomer in this area, I mostly spent my first week on walking tour and I found this exhibition by accident. When I found this museum, I was catching a bus to Kingsford near Philip street and decided to come to this museum the day after. 


Sydney Iconic Landmark Lego exhibition was smaller than I expected and smaller from the previous Lego exhibition I visited in Singapore too. My jaw dropped when I saw the detail of those miniature building. I wish I could bring the right lens to my camera :(. Since I brought my fixed lens, it was nearly impossible to capture the whole miniature in one frame *stupid you Meidi!!*. This great Lego certified professional, Ryan McNaught created all of these miniature. For the Sydney Opera House, I took him 371 hours to complete and used 210,000 bricks.

 I prefer the Lego one, the really Luna Park gate looks so creepy

Sydney Harbour Bridge

 Hey You Sydney Opera House :)











So, what do you think? 
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Newer Posts
Older Posts

Pages

  • Home
  • About Me
  • Portfolio

HELLO

HELLO

Popular Posts

  • [ Hotel Review ] Hotel Mustard Asakusa 2, Tokyo
    Bukan Meidi namanya kalo jalan-jalannya minggu lalu kemudian artikel review hotelnya terbit di minggu setelahnya, hihihih begitu juga untuk ...
  • Mengajukan Visa Turis Dubai (UAE) Via VFS
    Karena ada beberapa teman sempat menanyakan perihal pengajuan visa ke Uni Emirat Arab, terutama Dubai, akhirnya saya coba buat artikel ...
  • The Choc Pot, Sydney CBD
    Here we go again for another restaurant and cafe adventure in heart of Sydney. I can do cafe hopping most of the time back then in Jakarta ...
  • Kura-Kura Bus: A New Way to Travel in Bali
    My Turtle Bus - Kura-Kura Bus Two weeks ago, Sharon and I were travelling to Bali for around a week. Since we can't drive motorc...
  • Kenapa Pilih Tinggal 1 Tahun di Australia?
    Magical sunset dari Mrs. Macquaire Chair Percaya ga kalo saya bilang, Australia belum pernah masuk ke bucket list tempat yang mau sa...
  • [ Hotel Review ] Black Bird Hotel Bandung
    Being born and raised in Bandung (even if only for 7 years of my life), I’ve grown to call this city my home. But like many other people wh...
  • [ Hostel Review ] Back Home Hostel - Kuala Lumpur
    Budget pas-pasan gara-gara baru aja sebulan sebelumnya trip ke Hongkong tidak menyurutkan semangat saya untuk tetap berangkat ke Kual...
  • [ Travel Habit ] : Food and Snack Hunting
    Saat melakukan perjalanan ke beberapa kota di luar kota asal atau ke negara lain selain mencoba makanan lokal, pernah ga kalian punya m...
  • [ Hotel Review ] Yats Colony - Yogyakarta
    Akhirnya setelah 2 tahun, saya kembali lagi berkunjung ke Yogyakarta atau kota yang biasa saya bilang sebagai kota sejuta gudeg. Kota...
  • Sydney Travel Guides [Part 1]
    As one of largest city in Australia, Sydney has become one of favorite city to visit for holiday. It's easy to use public transpo...

recent posts

Blog Archive

  • ►  2021 (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2017 (18)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  February (3)
  • ▼  2016 (45)
    • ►  December (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (3)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (7)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (4)
    • ►  February (5)
    • ▼  January (7)
      • 4 Teknologi Seru di Sydney Yang Belum Ada di Jakarta
      • Apa dan Bagaimana Mendapatkan Work and Holiday Vis...
      • Apa dan Bagaimana Mendapatkan Work and Holiday Vis...
      • Sydney Festival 2016: The Ephemeral City - Sydney CBD
      • Sydney Festival 2016 : Arquitectura de Feria - Par...
      • Menghabiskan Sore di Circular Quay
      • Sydney Iconic Landmark Vs Lego
  • ►  2015 (59)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (7)
    • ►  August (9)
    • ►  July (6)
    • ►  June (5)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (5)
    • ►  February (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2014 (36)
    • ►  December (9)
    • ►  November (5)
    • ►  October (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (4)
    • ►  July (4)
    • ►  May (2)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2013 (59)
    • ►  December (4)
    • ►  November (2)
    • ►  October (6)
    • ►  September (7)
    • ►  August (6)
    • ►  July (8)
    • ►  June (7)
    • ►  May (5)
    • ►  April (4)
    • ►  March (6)
    • ►  February (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (17)
    • ►  December (7)
    • ►  November (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)

Search This Blog

Powered by Blogger.

Report Abuse

Popular Posts

  • [ Hotel Review ] Hotel Mustard Asakusa 2, Tokyo
    Bukan Meidi namanya kalo jalan-jalannya minggu lalu kemudian artikel review hotelnya terbit di minggu setelahnya, hihihih begitu juga untuk ...
  • Mengajukan Visa Turis Dubai (UAE) Via VFS
    Karena ada beberapa teman sempat menanyakan perihal pengajuan visa ke Uni Emirat Arab, terutama Dubai, akhirnya saya coba buat artikel ...

footer social

Followers

Blog Hits

Indonesian Travel Blog

  • .: adie DOES :.
    Sendirian di Uchisar Castle
    5 years ago
  • awanderlustdiary.com
    Penitipan Koper di Amsterdam Centraal Station
    5 years ago
  • Backpackology
    Cerita-Cerita Horor dari Tallinn Estonia
    6 years ago
  • Because Normal People Will Like Traveling
  • Blog Terkini @ wisatakeren.com
    Blog: Road Trip Surabaya Bali Episode 2
    2 years ago
  • Catatan Perjalananku
    Kalender Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024 di Indonesia
    1 year ago
  • Chocky Sihombing
    Kalender dan Libur Nasional 2020
    5 years ago
  • D'Cat Queen
  • dananwahyu.com
    Hai Batam, Ramadan Sebentar Lagi Datang, Buka Puasa Dimana Ya
    3 months ago
  • Eat│Play│Repeat
    Bunc@Radius, Little India [CLOSED]
    11 years ago
  • helterskelter
    Home Credit: Solusi Kebutuhan Gadget bagi Content Creator (Plus Tips Editing Video)
    3 years ago
  • Jalan2Liburan
    Spring Trip to Tunisia, North Africa. Akhirnya Traveling ke Negara Baru Lagi!
    3 years ago
  • Jejak BOcahiLANG
    Candi-Candi Majapahit di Situs Trowulan
    9 years ago
  • Jejak Kaki
    Hari Ke 17 : Brussel – Amsterdam (Amsterdam Canal Tour)
    6 years ago
  • Littlenomadid -Indonesian Travel Blogger
    Getting to Togean Islands and Travel Information
    8 years ago
  • Males Mandi
    Cara Mudah Menjadi Reseller Domain dan Raup Keuntungan
    9 months ago
  • Mari Melantjong!
    Sometimes, Marriage Is Not Scary
    3 months ago
  • Mollyta Mochtar
    Keseruan di Genting SkyWorlds, Wahana Permainan Terpadu bagi Keluarga
    2 years ago
  • My Salad Days
    Reaching the Peak of Bali - Pura Ulun Danu Bratan
    10 years ago
  • My Time Capsule
    Myanmar: Chasing Sunrise In Bagan
    6 years ago
  • Noerazhka
    Jepara Marina Beach, Oase di Tepian Teluk Awur ..
    9 years ago
  • PAPER LINE
    Kilas Balik 2023 yang complicated
    6 months ago
  • Perjalanan Tak Berujung
    Lidah di GOYANG pak Asep Stroberi
    8 years ago
  • PLAY WITH ME
    Bunga Penutup Abad
    8 years ago
  • Sharon Travelogue
    Glamping di Richland Bali + Jalan-Jalan di Bedugul
    3 years ago
  • tesyasblog
    Liburan ke Busan: Haeundae Beach & Sky Capsule
    4 weeks ago
  • The TraveLearn
    Jalan-Jalan di Amerika Serikat:dari Florida yang Tropis hingga San Francisco yang Dinamis
    5 days ago
  • The Traveling Cows
    Itinerari 10 Hari Perjalanan ke Oman
    5 years ago
  • the-rubyslippers
    Kats in Korea
    11 years ago
  • Traveling Precils
    7 Tip Mengumpulkan Receh Untuk Resolusi Piknik
    8 years ago
  • TRIP TO TRIP
    Nyebur ke Sungai Nagatoro
    8 years ago
  • Usemayjourney
    Menikmati Perjalanan dan Usia yang Makin Bertambah
    7 years ago
  • Wonder Tripper
    Power Women in Travel: Interview with Deanna Ting
    7 years ago

Instagram Feed

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates